Ika mengatakan, gelandangan dan pengemis di Jakarta cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan itu semakin tinggi memasuki bulan Ramadan hingga tujuh hari setelah Lebaran. Kenaikan bisa mencapai dua kali lipat dari jumlah gepeng yang berhasil dirazia setiap bulannya.
"Kalau satu hari biasanya kami menjaring 50 orang per hari, saat sekarang ini bisa sampai 100 orang," katanya. Ika mengatakan, para gepeng itu kebanyakan berasal dari luar Jakarta untuk sekedar meminta-minta kepada muslim yang menjalankan ibadah puasa.
Mereka berharap umat muslim mau memberikan uang sebagai bentuk amal sedekah pada bulan Ramadan. Ika pun meminta masyarakat tak memberikan uang kepada para gelandangan dan pengemis tersebut. Soalnya, pemberian uang justru membuat para gepeng makin tertarik datang ke ibukota. "Kalau mau beramal lebih baik ke lembaga yang resmi mengurus amal, sedekah, atau zakat," ujar dia.
Ika bakal lebih meningkatkan pengawasan di stasiun maupun terminal untuk mengantisipasi masuknya gepeng. Pengawasan akan dilakukan selama 24 jam dengan sistem jaga bergiliran untuk menjamin gepeng dari luar kota tidak masuk Jakarta. "Karena memang PMKS ini ada yang mengorganisir, jadi harus diawasi secara intensif," ujar dia.
sebanyak 177 orang yang dijaring dalam razia itu adalah gelandangan dan pengemis serta wanita tuna susila. Data hasil tangkapan terbesar tercatat pada bulan Mei 2013 sebanyak 128 orang. Untuk bulan Juni, hanya 34 orang yang dijaring.
Ika mengatakan, jumlah itu menunjukkan kecenderungan peningkatan memasukki bulan Juli. Dalam razia yang digelar Selasa, 2 Juli 2013, sebanyak 15 orang ditangkap. Adapun wilayah yang dianggap rawan gepeng di Jakarta Barat adalah perempatan Grogol, Taman Tomang, Rawa Buaya, Terminal Kalideres, Tambora, dan Stasiun Kota.(Ws)
Sent From bantencom civil journalism