SBY Memberikan Sambutan Dalam Acara Peringatan Hari Anti Narkoba

Diposkan oleh On 6/24/2013 05:46:00 PM with No comments

jakarta,bantencom-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa masalah narkoba mempunyai mata rantai dengan masa depan negara.

Manusia Indonesia merupakan human capital yang bisa mengangkat perekonomian negara. Hal itu terjadi jika generasi yang produktif ini sehat jasmani dan rohani, cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bebas dari narkoba.

Hal itu disampaikan Presiden dalam sambutannya pada puncak peringatan hari anti narkoba internasional (HANI) 2013 di Istana Negara, Jakarta, Senin (24/6). "Ada mata rantai yang riil antara masa depan bangsa ini dengan narkoba," ujar Presiden.

Presiden mengatakan, Indonesia mempunyai demografic deviden, karena dari 245 juta rakyat Indonesia, usia produktif itu besar, modal untuk membangun bangsa. “Apabila disatukan dengan SDA, momentum kebijakan bangsa, strategi. Maka puluhan juta nantinya puluhan juta yang produktif itu akan mengangkat ekonomi kita. Dengan catatan, mereka akan menjadi human the real capital manakala yang produktif ini sehat jasmani dan rohani,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, keluarga merupakan penanggungjawab paling utama. Menurut Presiden, jika dalam satu rumah tidak mengetahui anggota keluarganya terlibat narkoba, hal itu kurang bertanggung jawab dan sulit diterima akal sehat.

"Keluarga adalah awal dari dimensi pencegahan dan penyelamatan. Mari kembali ke keluarga sebagai basis, setelah itu sekolah, tempat kerja, dan seterusnya sampai pemerintah," kata Presiden.

Kerja sama internasional, SBY menambahkan, sangat penting. Tapi awalnya berangkat dari keluarga. "Mari berjuang bersama sekuat tenaga menjadikan negara kita terbebas dari narkoba," ajak Kepala Negara.

Ia pun mengingatkan, perlu ada persepsi korban dan penjahat narkoba. Cara pandang tersebut tidak boleh disamakan karena menyangkut pemberantasan penyalahgunaan narkoba.

"Saya melihat bahwa masyarakat kurang bisa membedakan mana yang tergolong korban dan siapa yang boleh dikatakan sebagai penjahat. Kalau tidak dipahami solusinya jadi keliru," kata Presiden.

Terhadap korban, solusi yang diambil adalah terapi, rehabilitasi, dan pembimbingan kembali. "Mereka sudah kehilangan masa lalu dan masa kini, jangan sampai masa depan. Solusinya bukan lapas (lembaga pemasyarakatan), tapi pusat rehabilitasi. Bukan dihukum, tapi dibimbing kembali. Kalau konsepnya dihukum bisa terbawa ke kehidupan yang gelap," Presiden menjelaskan. (WS)
:)
:(
=(
^_^
:D
=D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p