
Bahkan siswa baru tidak merasakan hari pertama masuk sekolah diantar oleh orangtuanya, seperti halnya di sekolah lain.
SD dan SMP Bulakan dilirbukan karena menjadi lokasi pengungsian dan posko bantuan. “Karena sifatnya darurat, untuk sementara dijadikan posko. Dijadikan posko sudah meminta izin ke UPTD dan kemudian ke Dinas Pendidikan. Obrolan awal paling lambat satu minggu,” ujar Wakil Kepala SMP Satu Atap Bulakan, Rahmatullah, saat ditemui di sekolahnya Kemarin.
Ia memastikan, tidak semua siswa SMP dan SD Bulakan korban bencana. “Untuk siswa SD Bulakan, semuanya bukan korban bencana, di SMP ada sebagian, tapi karena seluruh kelas dipakai, terpaksa libur,” ujar lelaki yang juga mengajar di SD Bulakan.
Guru SD Cikedung, Jumalisi, mengungkapkan, bangunan sekolah tidak tidak rusak. Hanya permukiman warga sekitar sekolah saja yang terimbun lumpur sekitar tiga meter. “Jalan susah Mas. Warga termasuk murid-murid terpaksa diliburkan. Semua diungsikan ke sini (SD dan SMP Bulakan),” ujarnya.
Baik Rohmat maupun Jumalisi berharap pemerintah bergerak lebih cepat untuk menangani dampak bencana ini agar kegiatan belajar mengajar segera dimulai dan aktivitas masyarakat mulai membaik.
Kepala Desa Cikedung Arkani menjelaskan, dari sembilan kampung di desanya, enam kampung terkena dampak longsor dan terisolir hingga hari ini. Enam kampung yaitu Kampung Kelomberan, Juntari, Babakan, Kampung Baru, Pasir Menteng, dan Mulyasari.
“Yang mengungsi ada 830 jiwa, jumlah seluruh warga ada 1.350 jiwa. Saya berharap akses jalan bisa segera terbuka karena sangat menyulitkan masyarakat,” ujarnya. (BC2)
sumber: Radar banten