Lebak, bantencom - Provinsi Banten, khususnya Kabupaten Lebak, belum mampu mengisi pasar daging domestik karena produksinya yang selalu turun.
"Lebak itu dalam waktu tiga tahun ada program kementrian harus jadi lahan pembibitan, ada 10 kecamatan. Karena di Lebak dalam beberapa tahun trend (hasil daging kerbau) nya turun terus," kata Yusni Emilia Harahap, Direktorat Jendral (Dirjen) Pengolahan dan Pemasaharan Hasil Peternakan (PPHP) saat melihat Rumah Potong Hewan (RPH) dan Pasar Hewan di Kabupaten Lebak (21/01/2015).
Wanita berkacamata yang akrab disapa Emilia ini berharap agar tak ada lagi daging import di pasaran, sehingga setiap peternak dapat hidup sejahtera. Bahkan Emilia berharap agar daging kerbau dari wilayah Banten Selatan ini mampu memenuhi pasar domestik.
"Supaya bisa di manfaatkan dengan baik, agar peternak bisa merasakan manfaat dari peternakan," tegasnya.
Sesuatu yang sangat beralasan menjadikan Kabupaten Lebak sebagai lahan pembibitan kerbau. Karena, Banten tak masuk ke dalam agenda kerja Jokowi sebagai daerah untuk melakukan swasembada daging.
"Kalau target dalam rangka swasembada pangan, Banten tidak masuk dalam prioritas swasembada pangan. Untuk daging pun tidak termasuk ke dalam program percepatan swasembada daging," kata Eneng Nur Cahyati, kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Banten ditempat yang sama (21/01/2015).
Meski begitu, Kabupaten Lebak mendapatkan bantuan kerbau sekitar 250 ekor. Tetapi, persoalan lainnya adalah, pemerintah kesulitan mendapatkan kerbau betina agar mampu dikembang biakkan.
"kita kesulitan mencari betinanya, karena biar lancar harus di samakan pas birahinya," tegasnya.(Yand)