Setelah mengucapkan mantra “haram kau sentuh kulitku, haram
kau minum darahku, haram kau makan dagingku, urat kawang, tulang
wesi, kulit baja, aku keluar dari rahim ibunda. Aku mengucapkan
kalimat la ilaha illahu“. Maka pada saat itu juga ia
menusukkan golok tersebut ke paha, lengan, perut dan bagian tubuh
lainnya. Pada saat atraksi tersebut iapun menyambar leher anak
kecil sambil menghunuskan goloknya ke anak tersebut. Anehnya
bekas sambaran golok tersebut tidak ada meninggalkan luka yang
sangat berbahaya bagi anak tersebut.
Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa kita kenal dengan
sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah
al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan
tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni
hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental
gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian
debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan
seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam
senjata tajam ini disebut dengan debus.
[navigasi.net] Budaya - Debus Banten | ||
Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang
lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada
awalna kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama,
namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan
Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk
membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan
penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan
sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang
sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat
banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah
warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan
perlawanan secara gerilya.
Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang
terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk
sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan
biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali
kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini
merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain,
menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh
dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api,
memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus
dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan
mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu
juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat
dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh.
Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.
[navigasi.net] Budaya - Debus Banten | ||
Dalam melakukan atraksi ini setiap pemain mempunyai syarat
syarat yang berat, sebelum pentas mereka melakukan ritual ritual
yang diberikan oleh guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu
sebelum ritual dilakukan. Selain itu mereka juga dituntut
mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran islam.
Pantangan bagi pemain debus adalah tidak boleh minum minuman
keras, main judi, bermain wanita, atau mencuri. Dan pemain juga
harus yakin dan tidak ragu ragu dalam melaksanakan tindakan
tersebut, pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain bisa
sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.
Menurut beberapa sumber sejarah, debus mempunyai hubungan
dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental
dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat
gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka
menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya
melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan
golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan
terluka.
Pada saat ini banyak pendekar debus bermukim di Desa
Walantaka, Kecamatan Walantaka, Kabupaten Serang. Yang sangat
disayangkan keberadaan debus makin lama kian berkurang,
dikarenakan para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang
lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk
dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka
karena kurang latihan maupun ada yang “jahil” dengan
pertunjukan yang mereka lakukan. Sehingga semakin lama warisan
budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi
debus ini dibanyak wilayah banten, tapi sekarang atraksi debus
hanya ada pada saat event – event tertentu. Jadi tidak
setiap hari kita dapat melihat atraksi ini. Warisan budaya, yang
makin lama makin tergerus oleh perubahan jaman. (
Barry Kusuma)
Sumber: http://www.navigasi.net/goart.php?a=budbsbtn