Serang, bantencom - Guna meningkatkan partisipasi dan
peran serta masyarakat terutama lembaga LKP dan PKBM dalam rangka pembinaan pelaksanaan dan pengembangan program-program
pendidikan nonformal dan informal, Dinas Pendidikan Provinsi Banten menggelar Seminar Kiat Sukses Pengelola Lembaga Kursus.
Lembaga kursus di
Indonesia semakin ketat bersaing dengan hadirnya waralaba kursus dari luar
negeri. Untuk itu lembaga kursus diharapkan lebih profesional ke depannya. Pelaku dunia pendidikan,
dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan dari segala sisi. Dengan
persaingan yang semakin ketat, mau tidak mau pengelola pendidikan harus
berupaya dengan keras agar memberikan layanan yang terbaik dan mengoptimalkan produk-produk tanah air/lokal
menghadapi Pasar Bebas ASEAN / AFTA. Menurut Red. Drs. Abdoellah, M.Pd (Kasubdit Kurikulum Direktorat
Pembinaan Kursus dan Pelatihan, Ditjen PAUD dan DIKMAS Kemendikbud)
Semakin banyaknya penawaran dari lembaga pendidikan,
menghadirkan dua sisi yang terkadang sulit. Di satu sisi memudahkan calon
peserta didik untuk memilih lembaga mana yang sesuai, tetapi di sisi lain,
kesulitan menentukan karena terkadang tidak memiliki informasi yang cukup
tentang lembaga tersebut.
Tidak bisa
dipungkiri, dengan berbagai perkembangan di atas, pendidikan sekarang ini sudah
mengarah pada proses industrialisasi. Dunia pendidikan tidak bisa lagi dianggap
semata sebagai lembaga sosial, tetapi harus diperlakukan sebagai industri yang
harus dikelola secara profesional. Karena, dengan semakin ketatnya persaingan,
lembaga pendidikan akan ditinggalkan jika dikelola seadanya menurut. Ir. Ahmad
Fadli., M.Si (Direktur Utama LP3i)
Pada tahun 2013 terdapat 307
lembaga kursus yang memiliki NILEK di Banten. Jumlah itu tentu akan menurun
seiring dengan bermunculan waralaba kursus dari luar
negeri. Penyebab lainnya ialah banyaknya kursus yang hanya mengandalkan/didanai
pemerintah sebagai salah satu program pelatihan dan penyaluran kerja guna
mengatasi masalah pengangguran. Selama ini, pengelola kursus berlatar
belakang pemain alam. Itu karena tidak ada pendidikan manajemen kursus. Dengan
bertumbuhnya kursus asing di Indonesia yang biasanya masuk dalam bentuk
waralaba berkualitas, lembaga kursus yang tidak profesional
akhirnya tutup. Red. Subiyanto., S.Pd., MM (Ketua DPD HIPKI Provinsi Banten) (Advetorial)