Prancis, bantencom - Presiden Prancis Francois Hollande meminta agar Barat mencabut sanksi-sanksi keras yang dijatuhkan pada Rusia jika ada kemajuan yang dicapai dalam menyelesaikan krisis di Ukraina.
"Saya pikir pemberlakuan sanksi itu harus dihentikan sekarang. Sanksi tersebut harus dihapuskan jika ada kemajuan (di Ukraina). Jika tidak ada kemajuan, sanksi akan tetap diberlakukan," kata Presiden Hollande dalam wawancara dengan stasiun radio France Inter, Senin (5/1).
Konflik Rusia-Ukraina yang berujung pada meruncingnya ketegangan antara Rusia dan Uni Eropa membawa dampak menyakitkan bagi Perancis. Negara itu terpaksa menunda pengiriman dua kapal pengangkut helikopter kelas Mistral pesanan Rusia.
Perancis akan menghadapi denda besar dari Rusia jika melanggar kontrak senilai 1,2 miliar Euro atau setara dengan 1,5 miliar dolar AS tersebut. Namun Prancis juga harus menghadapi kemarahan para sekutunya diseluruh dunia jika memberikan produk berteknologi tinggi itu kepada Rusia, saat krisis di Ukraina masih bergejolak.
Perancis berada pada posisi yang terbebani dengan dua kapal perang besar, yang dilengkapi dengan teknologi Rusia, yang tidak dapat dijual kepada klien lain. Apalagi kondisi ekonomi Perancis saat ini tengah mandek.
Salah satu dari dua kapal perang itu seharusnya sudah diantarkan pada November 2014, sesuai dengan ketentuan dalam kesepakatan antara Rusia dan Prancis yang ditandatangani pada 2011. Namun hingga saat ini, nasib kedua pesawat tersebut jadi terkatung-katung.
"Saya pikir pemberlakuan sanksi itu harus dihentikan sekarang. Sanksi tersebut harus dihapuskan jika ada kemajuan (di Ukraina). Jika tidak ada kemajuan, sanksi akan tetap diberlakukan," kata Presiden Hollande dalam wawancara dengan stasiun radio France Inter, Senin (5/1).
Konflik Rusia-Ukraina yang berujung pada meruncingnya ketegangan antara Rusia dan Uni Eropa membawa dampak menyakitkan bagi Perancis. Negara itu terpaksa menunda pengiriman dua kapal pengangkut helikopter kelas Mistral pesanan Rusia.
Perancis akan menghadapi denda besar dari Rusia jika melanggar kontrak senilai 1,2 miliar Euro atau setara dengan 1,5 miliar dolar AS tersebut. Namun Prancis juga harus menghadapi kemarahan para sekutunya diseluruh dunia jika memberikan produk berteknologi tinggi itu kepada Rusia, saat krisis di Ukraina masih bergejolak.
Perancis berada pada posisi yang terbebani dengan dua kapal perang besar, yang dilengkapi dengan teknologi Rusia, yang tidak dapat dijual kepada klien lain. Apalagi kondisi ekonomi Perancis saat ini tengah mandek.
Salah satu dari dua kapal perang itu seharusnya sudah diantarkan pada November 2014, sesuai dengan ketentuan dalam kesepakatan antara Rusia dan Prancis yang ditandatangani pada 2011. Namun hingga saat ini, nasib kedua pesawat tersebut jadi terkatung-katung.
Sumber rimanews