Pakar Geriatri (lanjut usia) dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr. Purwita, Sp.PD-KGer mengatakan, lansia yang berpuasa tidak akan mengalami fungsi ginjal selama asupan cairannya terpenuhi. Bahkan dengan berpuasa, kadar kolesterol total, LDL, Trigliserida, dan asam urat akan mengalami penurunan.
Ia mengatakan puasa Ramadan tidak memberikan pengaruh negatif, bahkan pada penyandang Diabetes Mellitus, selama pasien mengikuti petunjuk yang diberikan. Efek psikologis seperti tenang dan damai juga akan menyertai. Para lansia yang mengkonsumsi obat-obatan harus menyesuaikan jadwal minum obat dengan waktu sahur dan berbuka puasa sesuai dengan petunjuk dokter.
Terkait lansia yang menderita penyakit tertentu, selain mengkonsumsi obat-obatan, Purwita juga meminta lansia untuk menahan diri agar tidak mengkonsumsi suatu jenis makanan dalam jumlah yang tidak berlebihan.
Saat puasa pola konsumsi obat dan pola makan pun mengalami perubahan. Hal itu berpotensi menimbulkan komplikasi seperti Hipoglikemia, Hiperglikemia, Dehidrasi, Ketoasidosis dan Trombosis.
Mengubah dosis obat oral atau insulin dan berkurangnya asupan makanan akan meningkatkan risiko Hipoglikemia. Hipoglikemia menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh menjadi sangat rendah.
Terkait usia tua, rasa haus pada lansia akan berkurang. Hal ini normal, lanjutnya, tapi tetap harus diperhatikan karena kebutuhan cairan dalam tubuh sama dan tidak berubah. Rasa haus orang lanjut usia akan berkurang karena proses aging atau menua. Namun kebutuhan cairan tubuh tetap sama baik pada usia dewasa maupun usia lanjut.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan, rasa haus pada lansia bisa menurun hingga tiga sampai empat gelas setiap harinya. Agar tidak terlena dehidrasi, para lansia perlu diingatkan untuk mengonsumsi air. Selain itu mengkonsumsi cairan yang cukup dapat menghindari kekurangan zat gizi dan Hipoglikemia. (bc4)
Sent From bantencom civil journalism