Serang, bantencom - Hari ini, Kamis, 21 April 2015, bangsa Indonesia merayakan Hari Kartini. Secara spesial, Google pun ikut merayakannya dengan menampilkan doodle khusus yang mengusung tema 'Hari Lahir Kartini ke-137'.
Jika Anda mengakses Google hari ini, maka pada halaman muka mesin pencari raksasa asal AS tersebut akan langsung hadir sosok RA Kartini yang tampil anggun dengan kebaya sambil membawa buku. Saat gambar tersebut Anda klik, maka Google akan membawa Anda ke mesin pencarian mereka dengan langsung menampilkan kata kunci 'Kartini'.
Tepat 137 tahun yang lalu, Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Kota Jepara, Jawa Tengah. Ia adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir. Ibunya bernama Mas Ayu Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Karena status terpandang yang dimiliki ayahnya, Kartini bisa mengenyam bangku sekolah, suatu hal yang sulit diwujudkan oleh seorang perempuan Jawa dari kalangan biasa di era itu. Ia bersekolah di ELS (Europese Lagere School) hingga berusia 12 tahun.
Di sinilah Kartini kecil belajar menulis, membaca, dan juga belajar Bahasa Belanda. Meski demikian, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit atau dianggap sudah bisa dilamar oleh seorang laki-laki.
Karena bisa berbahasa Belanda, maka di rumah Kartini mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Manuela Abendanon-Mandri yang banyak mendukungnya.
Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Dari berbagai surat dan tulisannya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Terkadang ia menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat.
Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi perempuan, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan perempuan agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Oleh orangtuanya, Kartini dinikahkan dengan bupati Rembang, Kanjeng Raden Mas Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903.
Sang suami ternyata mengerti keinginan Kartini, ia pun diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah perempuan di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Kartini melahirkan anak satu-satunya, Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat, pada 13 September 1904. Malang, empat hari setelah melahirkan, atau tepatnya pada 17 September 1904, Kartini meninggal di usia 25 tahun. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.
Setelah Kartini wafat, Jacques Henrij Abendanon, yang tak lain adalah suami dari Rosa Manuela Abendanon-Mandri, sahabat Kartini, mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan Kartini kepada teman-temannya di Eropa. Kebetulan saat itu JH Abendanon tengah menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.
Buku tersebut diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya 'Dari Kegelapan Menuju Cahaya'. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru.
Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali.
Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.
Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain Wage Rudolf Soepratman yang menciptakan lagu khusus untuk Kartini dengan judul Ibu Kita Kartini.
1 komentar:
PROMO BONUS BANDAR TARUHAN ONLINE BOLAVITA
-> BONUS 10% MEMBER BARU
-> BONUS 5% SETIAP HARI
-> BONUS REFERRAL 9%
-> BONUS ROLLING CHIP 0.7%
-> BONUS CASHBACK FLAT 10%
Ambil Promo Ini => https://goo.gl/KxUkJE
Informasi lengkap hubungi customer service kami.
Wechat : Bolavita
WA : 081377055002
Line : cs_bolavita
BBM PIN : D8DB1C57