Serang,bantencom - Hamparan dunia sudah sangat sesak dengan riuh kemewahan, kebanyakan manusia seakan tekun untuk terus menanam dan merawat bibit-bibit kesenangan dunia agar dapat tumbuh demi jaminan masa depan yang masih sangat abstrak.
Tak sadar, atau mungkin sengaja tak menyadari, mereka diselimuti oleh keadaan yang semestinya disapa. Sebuah keadaan yang sangat jelas tanpa tersekat oleh kelambu, Sebuah keadaan yang memang bisa menjadi ladang amal untuk menanam bibit kedermawanan kita. Hingga tangkainya dapat tumbuh dengan ranting-ranting pahala, dan buahnya dapat dipetik oleh mereka yang membutuhkan.
Kita hidup tak sendiri, dalam satu lingkungan yang kita huni pasti terhias oleh manusia yang tak sebaik nasib kita. Biasanya mereka diam, tak ingin tampak atas apa yang mereka cemaskan. Bahkan mereka harus membisu, merasa percuma jika harus melantangkan segala keluh dan kesulitan hidup, karena mereka sadar tak ada manusia yang peduli tentang keadaan mereka, bahkan untuk sekedar menghampiri dan menanyakan kabar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau diam, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya."(Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Al Adab/6018/Fath], Muslim di dalam [Al Iman/37/Abdul Baqi])
Mungkin kita pernah menemui kejadian dimana seseorang rela melakukan suatu hal yang tidak pernah kita duga secara logis, demi mendapatkan jalan keluar atas kesulitan hidup yang menerpa. Namun apakah kita pernah bertanya dalam diri, seberapa peduli kita terhadap sesama ? haruskah rasa kepedulian kita baru terbangun saat kejadian memilukan itu sudah terlanjur terjadi ? kita hanya mengelus dada, mengucap kata "kasihan", dan seolah bisa menjadi penolong andai kejadian itu belum terjadi. Allahua'lam
Sudah selayaknya kita bersyukur atas derasnya curahan rejeki yang telah Allah karuniakan untuk kita. Rejeki yang kita genggam saat ini, merupakan suatu media yang dapat kita jadikan sebagai parit-parit kecil untuk terus mengalirkan air kepedulian dan mengairi ladang-ladang kemanusiaan yang sudah terbentang dihadapan kita.
Sumber : Erwin Santoso (ACT)
Sent From bantencom civil journalism